Kamis, 28 Mei 2015

Pilih 2 Tapi bernilai, atau 1000 tak ada nilai?


Agar shalat kita membawa manfaat, harus dimulai dari cara kita mengerjakan shalar. Shalat yang dikerjakan hanya sekedar menuntaskan kewajiban tentu tak banyak membekas diri. “Dua rakaat shalat orang yang khusyu’ lebih bernilai ketimbang 1000 rakaat shalat orang yang tak peduli,” begitu kata Rasulullah SAW. Khusyuk memang tak mudah, namun bia diusahakan. Beberapa usaha untuk khusyu’, antara lain:
1.       Setiap perbuatan tentu ada persiapan, begitu juga shalat.
2.       Siapkan diri, pikira dan hati kita sepenuhnya untuk menghadap sang Kekasih.
3.       Berwudhu dengan sempurna.
4.       Pilih tempat yang bersih dan nyaman. Berduaan dengan kekasih tentu perlu tempat special kan?
5.       Jangan menahan sesuatu.
6.       Kebayang nggak kalo kita berbicara dengan teman, namn kita tak mengerti bahasanya?
7.       Singkirkan pandangan dari barang atau sesuatu yang akan mengalihkan konsentrasi
8.       Konsentrasi bukan berarti mengosongkan pikiran dan terlepas total dari keadaan sekeliling, namun memenuhi hati kita hanya untuk berdialog dengan Allah.
9.       Teratur dan tenang dalam gerakan anggota badan selama halat. Jangan melakukan banyak gerakan.
10.   Shalatlah seakan itu adalah shalat terakhir kita.

SULITNYA KONSENTRASI…
Dalam buku Hadits Tsulatsa’: ceramah-ceramah Hasan Al-Banna, diungkapkan bahwa Hasan Al-Banna sering mendapatkan pengaduan dari para ikhwan yang sering mengalami hati terpecah dan sulit berkonsentrasi mengingat Allah SWT dalam shalat. Menurut beliau yag perlu diperhatikan sebagai terapi yang bisa menyembuhkan atau minimal meringankan adalah hendaknya kita memahami hikmah setiap amal yang dilaksanakan dalam shalat. Bagaimana caranya?
1.       Ketika menghadap kiblat?
Berusahalah agar sebelum bertakbir, kita bisa mengarahkan cahaya dari kita sampai ke Ka’bah. Bayangkan Allah SWT memandang dan mengawasi kita.
2.       Ketika membaca Al-Fatihah, ingatlah hadits qudsi berikut: “shalat itu dibagi anata Aku dan hamba-Ku. Jika hamba-Ku mengucapkan, ‘Bismillahirrahmanirrahim’, maka Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah menyebut-Ku’. Jika ia mengucap ‘Alhamdulillahi rabbil ‘alamin’, Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku’. Jika hamba-Ku mengucap,’Arrahmaanirrahiim’, Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku’. Jika ia mengucapkan,’Maliki yaumiddin’, maka Allah berfirman,’Hamba-Ku telah memuliakan-Ku”. Jika ia mengucap, ‘Iyyaka na’budu’, Allah berfirman,”Hamba-Ku telah beribadah kepada-Ku”, apabila ia mengucapkan,”Wa iyyaka nasta’in’, Allah berfirman, “Hamba-Ku bertawakkal kepada-Ku” dan jika hamba-hamba-Ku mengucap,’Ihdinash-shirattahl mustaqim’, Allah berfirman,’ini adalah untuk hamba-Ku dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang dimintanya’.”
Bayangkanlah di depan kita ada megaphone yang mengeluarkan gema dan suara berkali-kali di lingkungan Al-Mala’ul ‘Ala, dimana Allah menyebut-nyebut apa yang kita baca, insyaAllah kita akan terkonsentrasi dengan shalat kita.
3.       Ketika membaca ayat-ayat Allah setelah Al-Fatihah, maka bermunajatlah dengan “majikan” kita berusahalah untuk memahami makna sesuai dengan kadar kemampuan kita, tanpa memaksakan diri. “dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (al Qamr-17)
4.       Ketika ruku’, bayangkan seaan-akan kita tunduk memberikan penghormatan pada Allah dan berbicara kepada-Nya,” Mahasuci Tuhanku Yang Maha Agung”. Kemudian saat bangkit dari ruku’ kita kembali memuji Allah dan yakin bahwa Allah mendengar pujian kita.”Allah mendengar siapa yang memuji-Nya. Ya Tuhanku, untukMu lah segala puji, seisi langit, seisi bumi, dan seisi apa-apa yang Engkau kehendaki setelah itu.”
5.       Ketika sujud, bayangkan bahwa itulah saat-saat kita paling dekat dengan Allah, seperti sabda Rasulullah,”Seorang hamba dalam keadaan paling dekat kepada Tuhannya adalah ketika ia bersujud.”
6.       Kemudian saat mengangkat wajah dari sujud, kita memhon ampuanan, kasih saying dan petunjuk dari Allah. Lirihah mengucap,”Ya Allah limpahkanlah aku, limpahkanlah kasih saying kepadaku, cukupilah aku, tunjukilah aku, serta karuniakan kesehatan dan rezeki kepadaku.”
7.       Begitu kita mengulang sesuai rakaat shalat kita. Kemudian di rakaat terakhir, kita menutup dengan tasyahud pengakuan bahwa segala kehormatan adalah milik Allah, pengakuan pada keesaan Allah WT dan kerasulan Muhammad SAW.
8.       Maka setelah itu keadaan kita seakana-akan orang yang baru melakukan perjalanan spiritual. Saat kita berusaha meninggalkan dunia dan ‘mencampakkannya”, meninggalkan manusia. Kemudian saat kita mengucap salam “assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”, maka pada hakikatnya kita kembali lagi kepada manusia dan melanjutkan hablum minannas dalam kehidupan kita. 

Dikutip dari majalah an-Nida

Tidak ada komentar:

Posting Komentar