Agar shalat kita membawa manfaat, harus dimulai dari cara
kita mengerjakan shalar. Shalat yang dikerjakan hanya sekedar menuntaskan
kewajiban tentu tak banyak membekas diri. “Dua rakaat shalat orang yang khusyu’
lebih bernilai ketimbang 1000 rakaat shalat orang yang tak peduli,” begitu kata
Rasulullah SAW. Khusyuk memang tak mudah, namun bia diusahakan. Beberapa usaha
untuk khusyu’, antara lain:
1.
Setiap perbuatan tentu ada persiapan, begitu
juga shalat.
2.
Siapkan diri, pikira dan hati kita sepenuhnya
untuk menghadap sang Kekasih.
3.
Berwudhu dengan sempurna.
4.
Pilih tempat yang bersih dan nyaman. Berduaan
dengan kekasih tentu perlu tempat special kan?
5.
Jangan menahan sesuatu.
6.
Kebayang nggak kalo kita berbicara dengan teman,
namn kita tak mengerti bahasanya?
7.
Singkirkan pandangan dari barang atau sesuatu
yang akan mengalihkan konsentrasi
8.
Konsentrasi bukan berarti mengosongkan pikiran
dan terlepas total dari keadaan sekeliling, namun memenuhi hati kita hanya
untuk berdialog dengan Allah.
9.
Teratur dan tenang dalam gerakan anggota badan
selama halat. Jangan melakukan banyak gerakan.
10.
Shalatlah seakan itu adalah shalat terakhir kita.
SULITNYA KONSENTRASI…
Dalam buku Hadits Tsulatsa’: ceramah-ceramah Hasan Al-Banna,
diungkapkan bahwa Hasan Al-Banna sering mendapatkan pengaduan dari para ikhwan
yang sering mengalami hati terpecah dan sulit berkonsentrasi mengingat Allah SWT
dalam shalat. Menurut beliau yag perlu diperhatikan sebagai terapi yang bisa
menyembuhkan atau minimal meringankan adalah hendaknya kita memahami hikmah
setiap amal yang dilaksanakan dalam shalat. Bagaimana caranya?
1. Ketika menghadap kiblat?
Berusahalah agar sebelum bertakbir, kita
bisa mengarahkan cahaya dari kita sampai ke Ka’bah. Bayangkan Allah SWT
memandang dan mengawasi kita.
2.
Ketika
membaca Al-Fatihah, ingatlah hadits qudsi berikut: “shalat itu dibagi anata
Aku dan hamba-Ku. Jika hamba-Ku mengucapkan, ‘Bismillahirrahmanirrahim’, maka Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah
menyebut-Ku’. Jika ia mengucap ‘Alhamdulillahi
rabbil ‘alamin’, Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku’. Jika hamba-Ku
mengucap,’Arrahmaanirrahiim’, Allah
berfirman, ‘Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku’. Jika ia mengucapkan,’Maliki yaumiddin’, maka Allah
berfirman,’Hamba-Ku telah memuliakan-Ku”. Jika ia mengucap, ‘Iyyaka na’budu’, Allah
berfirman,”Hamba-Ku telah beribadah kepada-Ku”, apabila ia mengucapkan,”Wa iyyaka nasta’in’, Allah berfirman,
“Hamba-Ku bertawakkal kepada-Ku” dan jika hamba-hamba-Ku mengucap,’Ihdinash-shirattahl mustaqim’, Allah
berfirman,’ini adalah untuk hamba-Ku dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang
dimintanya’.”
Bayangkanlah di depan kita ada megaphone
yang mengeluarkan gema dan suara berkali-kali di lingkungan Al-Mala’ul ‘Ala,
dimana Allah menyebut-nyebut apa yang kita baca, insyaAllah kita akan
terkonsentrasi dengan shalat kita.
3.
Ketika
membaca ayat-ayat Allah setelah Al-Fatihah, maka bermunajatlah dengan
“majikan” kita berusahalah untuk memahami makna sesuai dengan kadar kemampuan
kita, tanpa memaksakan diri. “dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran
untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (al Qamr-17)
4.
Ketika
ruku’, bayangkan seaan-akan kita tunduk memberikan penghormatan pada Allah
dan berbicara kepada-Nya,” Mahasuci Tuhanku Yang Maha Agung”. Kemudian saat bangkit
dari ruku’ kita kembali memuji Allah dan yakin bahwa Allah mendengar pujian
kita.”Allah mendengar siapa yang memuji-Nya. Ya Tuhanku, untukMu lah segala
puji, seisi langit, seisi bumi, dan seisi apa-apa yang Engkau kehendaki setelah
itu.”
5.
Ketika
sujud, bayangkan bahwa itulah saat-saat kita paling dekat dengan Allah, seperti
sabda Rasulullah,”Seorang hamba dalam keadaan paling dekat kepada Tuhannya
adalah ketika ia bersujud.”
6.
Kemudian
saat mengangkat wajah dari sujud, kita memhon ampuanan, kasih saying dan
petunjuk dari Allah. Lirihah mengucap,”Ya Allah limpahkanlah aku, limpahkanlah kasih
saying kepadaku, cukupilah aku, tunjukilah aku, serta karuniakan kesehatan dan
rezeki kepadaku.”
7.
Begitu
kita mengulang sesuai rakaat shalat kita. Kemudian di rakaat terakhir, kita
menutup dengan tasyahud pengakuan bahwa segala kehormatan adalah milik Allah,
pengakuan pada keesaan Allah WT dan kerasulan Muhammad SAW.
8.
Maka
setelah itu keadaan kita seakana-akan orang yang baru melakukan perjalanan
spiritual. Saat kita berusaha meninggalkan dunia dan ‘mencampakkannya”,
meninggalkan manusia. Kemudian saat kita mengucap salam “assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”, maka pada hakikatnya
kita kembali lagi kepada manusia dan melanjutkan hablum minannas dalam kehidupan kita.
Dikutip dari majalah an-Nida
Tidak ada komentar:
Posting Komentar